Workplace Spirituality

Dua kalimat ini seolah-olah sangat aneh, sangat incompatible, sangat out of place. Selama ini sebuah organisasi cenderung sangat rasional, sangat mengedepankan logika dan sangat mengikuti ‘rules’ of management. Beberapa tahun terakhir ini berkembang pesat ketertarikan pada ‘spirituality at work’ pada karyawan di semua level organisasi.
Apa sebetunya Workplace Spirituality?

Workplace Spirituality bukanlah meng-organize acara keagamaan. Juga bukan organisasi yang mempunyai produk-produk religi. Tetapi, Workplace Spirituality lebih pada pengenalan terhadap ‘inner life’ yang lebih jauh memperkuat keyakinan dalam dunia kerja dan kemasyarakatan. Banyak sekali karyawan yang sedang mencari makna hidup, tujuan hidup dan rasa ketehubungan (sense of connectedness) antara pekerjaan mereka dan dunia kerja mereka.
Workplace Spirituality muncul sebagai trend baru di dunia organisasi. Masyarkat sedang mencari pemahaman mendalam tentang siapa mereka dan mengapa mereka ada di bumi ini? Mereka menginginkan sesuatu yang lebih dalam kehidupan mereka dari hanya sekedar rutinitas kerja dan rutinitas gaji untuk kehidupan mereka. Mereka ingin sekali merasakan makna lain dalam kehidupan, serta merasakan bahwa mereka adalah hanya bagian kecil dari kehidupan ini. Sejak perasaan-perasaan tentang pencarian makna, sense of connectedness dan pemenuhan akan perasaan ini datang bukan dari linhkungan keluarga, atau komunitas terdekat, mereka banyak mencari dan (mungkin) mendapatkannya justru dari tempat kerja dimana mereka melewati waktu yang sangat panjang di dunia kerja dalam sehari. Disamping itu, faktor lain penyebab munculnya workplace spirituality adalah semakin meningkatnua uncertainty atau ketidakpastian organisasi. Ketidakpastian menyebabkan kepanikan, ketakutan bahkan ketegangan. Dengan Spirituality at Work Practices – dengan cara yang bermacam-macam sesuatu keyakinan dan kondisi masing-masing, akan membuat karyawan mempunyai perasaan lebih tenang (sense of calm), perasaan memiliki (belonging), perasaan keterhubungan (connectedness), perasaan terpenuhi (fullfilment), dan perasaan bermakna (meaning).
Jika Workplace Spirituality begitu powerfulnyaa membuat seseorang mempunyai perasaan-perasaan di atas…, lalu apa pengaruhnya untuk manager? Apa pengaruhnya terhadap organisasi? Apakah Workplace Spirituality hanya sebuah trend seperti tren fashion yang ceoat sekali berganti mode? Sangat sulit menjawab pertanyaan ini. Tetapi, research studies telah melihat bahwa ada hubungan antara workplace spirituality dengan produktivitas. Salah satu studi mengungkapkan bahwa ketika sebuah perusahaan menerapkan program dengan spiritual teknik, ternyata produktivitas karyawan meningkat, dan turnover karyawan menurun secara signifikan. Studi lain menunjukkan bahwa penerapan workplace spirituality dapat mengurangi tingkat ketakutan atau stress karyawan, karwayan juga lebih memiliki ‘nilai’, serta mampu berkomitmen pada pekerjaannya.