Entrepreneur Inside
Pasca kerusuhan di Tuban, saya dan keluarga menyempatkan diri untuk mengunjungi kota itu. Lantaran saya kangen mertua dan istri rindu kampung halaman.
Memang benar kata Koran, pendopo kabupaten hancur porak poranda. Dipusat kota ribuan massa berdemo karena belum puas dengan hasil PILKADAL (Pilihan Kepala Daerah Langsung). Dibagian pinggiran kota menuju pesisir pantai saya melihat sekelompok bapak-bapak dan ibu-ibu sedang sibuk mengolah hasil melaut (baca:nelayan). Kelompok bapak sedang sibuk menyeleksi dan menyiapkan Ikan kakap, kerapu, bawal, cumi-cumi, udang, rajungan dan beberapa hasil tangkapan lainnya untuk dijual ke pelanggan. Sedangkan kelompok ibu sibuk dengan menjemur ikan, membuat ikan asap dan sebagian terlihat membuat terasi.
Tertarik dengan aktivitas mereka saya pun menyempatkan berbincang. Lho kok tidak ikut ke alun-alun untuk demo, dan seorang ibu menjawab. Sir! ….We do not manage politic nor macro economy but we manage opportunity…Luar biasa!!!, mereka layak disebut sebagai wirausaha nelayan BUKAN sekedar nelayan pada umumnya yang hanya menangkap ikan. Disamping cakap sebagai nelayan merekapun cerdik dalam mengolah hasilnya supaya lebih bernilai tambah.
Dalam bahasa kampus tindakan itu disebut value added. Cumi-cumi diolah dan dikeringkan selanjutnya dikemas secara praktis siap untuk dimasak sehingga laku tiga kali lipat ketika dijual. Ikan asap laku dua kali lipat dari ikan mentah, rajungan dikelompokkan menurut ukurannya dengan kriteria A dan B menimbulkan kualitas berbeda dan tentu harganya berbeda. Hasil tangkapan yang tidak masuk pasar diolah menjadi bahan dasar terasi, krupuk ikan dan beberapa produk olahan lainnya.
Kemampuan membaca peluang, ada inovasi-kreativitas serta keinginan untuk tumbuh dan berkembang telah menjadi mindset bisnis mereka. Layak kita puji ketika banyak nelayan nelayan lain hanya menjadi nelayan bukan wirausaha nelayan. Itulah maksud Entrepreneur Inside, tanamkan semangat kewirausahaan didalam setiap aktivitas kerja dan bisnis, dimanapun dan kapanpun.
Banyak orang beranggapan bahwa kewirausahaan adalah identik dengan usaha mikro atau kecil. Tidaklah demikian!, wirausaha menciptakan usaha dengan cara pandang kewirausahaan, artinya mengejar peluang yang ditandai dengan praktek inovasi dan bertumbuh dengan profitabilitas sebagai sasaran utamanya. Sedangkan usaha kecil dilain pihak adalah organisasi yang dimiliki, dioperasikan dan dibiayai secara independent, mempunyai kurang dari 100 karyawan dan tidak harus terlibat dalam praktek bisnis baru atau inovasi. Agar menjadi kewirausahaan, usaha mikro/kecil harus inovatif dan mencari peluang baru. Banyak perusahan kecil dalam perkembangannya selalu kecil dan terus mengecil yang pada akhirnya terlibas oleh perubahan lingkungan bisnis. Memang tidak salah! seseorang atau sekelompok orang yang berjuluk wirausaha bisa memulai usahanya dari bisnis dalam skala kecil, namun mereka selalu mengejar pertumbuhan. Sehingga walaupun bisnis skala kecil, tapi bukan kecil- kecilan apalagi asal-asalan, melainkan berkonsep, unik dan dikelola secara profesional.
Dalam kontek modern, kewirausahaan memerlukan pendidikan dan pembelajaran. Melalui pendidikan dan pembelajaran inilah diharapkan individu atau kelompok memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan usaha/kegiatan bisnis secara mandiri. Pendidikan/pembelajaran dan sosialisasi kewirausahaan bagi setiap individu atau kelompok masyarakat sangat penting dilakukan utamanya bagi mereka yang tertarik untuk berwirausaha. Secara mikro, pendidikan/pembelajaran dan sosialisasi kewirausahaan akan dapat membentuk seseorang mempunyai jiwa mandiri, mengurangi ketergantungan terhadap pihak lain, dan memberikan solusi “terbaik” bagi masalah pengangguran. Secara makro, pendidikan/pembelajaran dan sosialisasi kewirausahaan dapat menciptakan wirausaha yang bermutu, tangguh dan beretika sehingga dapat menunjang pertumbuhan usaha.
Begitulah Wirausaha dengan Entrepreneur Inside-nya yang cenderung berkreativitas tidak dengan cara yang biasa melainkan dengan cara yang luar biasa. Mereka lebih banyak menggunakan otak kanan yang eksperimental, intuitif, holistik, divergen, spontanitas dan nonverbal. Dalam menyikapi pasar mereka tidak “terlalu” terseret oleh carut marut politik dan gonjang ganjing kondisi ekonomi makro yang sarat dengan dalil-dalil maupun asumsi-asumsi yang terkadang menakut-nakuti dengan hasil analisis yang jlimet, linear, numerikal dan presisi. Melainkan mereka sibuk mencari peluang-peluang baru dan selalu komitmen dengan bisnisnya. Ibarat ombak dan kapal, ketika ombak naik kapalpun naik ketika ombak turun kapalpun turun. Wirausaha apapun bisnisnya selalu seperti itu ada untung ada rugi. Dengan selalu berpikir positif dan berusaha keras, percayalah TUHAN sebagai penolong yang terbaik dan suksespun siap diraih. Salam Sukses……Wirausaha YES…Pecundang No…