SDM dengan Value Syariah Makin Dibutuhkan

Pertumbuhan jaringan kantor perbankan syariah yang terus melesat, dari data Bank Indonesia (BI), diketahui bahwa tahun 2011 terjadi pertumbuhan bank umum syariah (BUS). BI mencatat kini terdapat 1.268 jaringan kantor BUS dengan komposisi 11 kantor pusat, 323 kantor pusat operasional, 716 kantor cabang pembantu dan 215 kantor kas.

Penambahan jumlah BUS, BPRS, dan BMT di Indonesia  perlu diikuti dengan penyediaan sumber daya manusia yang kompeten  dan memiliki value syariah. Disisi lain kepatuhan lembaga keuangan syariah terhadap syariah dalam melaksanakan operasionalnya tentu tidak sekedar ditandai dengan adanya Dewan Pengawas Syariah, namun semua sumber daya manusia (SDM) di setiap level manajemen harus juga ada semangat kepatuhan terhadap syariah. Perlu diakui bahwa SDM merupakan aset yang sangat penting, sebagai professional human capital bahkan sebagai strategic assetbagi bank syariah.

Adanya kenyataan bahwa untuk memenuhi kebutuhan SDM di bank syariah sebagian masih mengambil dari bank konvensional  maka menjadi sangat penting untuk mengubah mindset SDMnya dari paradigma konvensional yang sebelumnya melekat kuat didirinya menjadi paradigma syariah, tentu ini bukan hal yang mudah. Namun harus terus diusahakan dengan melalui berbagai macam training yang relevan. Sebab jika tidak, maka dapat membawa keraguan masyarakat atas produk-produk bank syariah yang ditawarkan karena bisa jadi muncul pertanyaan apakah produk tersebut betul-betul sesuai syariah, bukan hanya bungkusnya saja.

Menurut Arie Mooduto (Pemerhati SDM Syariah), kriteria sumber daya insani (SDI) perbankan syariah disebut professional dan berkualitas jika memiliki pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skil) yang handal, dan (attitude) yang Islami, sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan oleh industri perbankan syariah, kemudian beraqidah, konsekuen menjalankan sharia, dan ber akhlaq mulia. Dengan demikian SDI akan mampu mencontoh sifat-sifat Rosulallah, yaitu fathonah, siddiq, amanah, dan tabligh) dalam mengemban tugasnya, senada dengan tulisan di http://blog.stie-mce.ac.id/istutik/2011/01/28/sudah-seharusnya-akuntan-merujuk-pada-sifat-rasul-allah/ , maka para bankirpun perlu juga memiliki sifat-sifat Rosulallah tersebut.

Perguruan tinggi di Indonesia yang menyediakan program studi ekonomi syariah, manajemen syariah, perbankan syariah, atau akuntansi syariah masih sangat terbatas. Artinya jumlah lulusan yang siap untuk bergabung di industri perbankan syariahpun menjadi terbatas. Oleh karena itu program pengembangan SDM yang dicanangkan dan diimplementasikan oleh beberapa bank syariah adalah tepat. Seperti misalnya, pada Bank Syariah Mandiri (BSM), memiliki program pelatihan berbasis kompetensi, meliputi  (1) core  competency training, (2) functional competency training, dan (3)behavior competency training. Sementara untuk BNI Syariah melaksanakan program pengembangan SDMnya dengan menggandeng lembaga  pelatihan dan perguruan tinggi.

Alhamdulillah . . .  sejak tahun 2005-an, STIE Malangkucecwara telah memasukkan mata kuliah-mata kuliah berbasis syariah, antara lain ekonomi syariah, manajemen syariah, lembaga keuangan syariah, dan akuntansi syariah. Meskipun bukan sebagai program studi, namun hal ini telah menunjukkan komitmen kampus ABM untuk senantiasa menyesuaikan kurikulumnya dengan kebutuhan user.

Istutik

STIE Malangkucecwara